Opini: Haruskah Negara Asia Mengadopsi Energi Nuklir?

Opini: Haruskah Negara Asia Mengadopsi Energi Nuklir?

Di tengah dorongan global menuju netralitas karbon, pertanyaan tentang apakah negara-negara Asia harus mengadopsi atau memperluas program energi nuklir menjadi perdebatan sengit. Pendukung berargumen bahwa nuklir adalah sumber energi rendah karbon yang andal dan dapat menjamin pasokan energi dasar (baseload) yang stabil.

Bagi negara-negara Asia yang padat penduduk dan memiliki lahan terbatas, nuklir menawarkan solusi energi yang padat daya tanpa memerlukan lahan yang luas seperti energi surya atau angin. Ini dapat menjadi jembatan penting dalam transisi energi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mencapai target iklim.

Namun, kritikus dan aktivis lingkungan menyoroti risiko keamanan dan masalah pengelolaan limbah radioaktif jangka panjang. Bencana Fukushima Daiichi di Jepang masih menjadi pengingat akan potensi bahaya nuklir, terutama di wilayah yang rawan gempa. Biaya pembangunan yang mahal dan waktu konstruksi yang lama juga menjadi penghalang.

Keputusan adopsi nuklir harus didasarkan pada analisis risiko dan manfaat yang transparan, didukung oleh regulasi keamanan yang sangat ketat dan rencana komprehensif untuk pengelolaan limbah. Perdebatan ini mencerminkan tantangan Asia dalam menyeimbangkan kebutuhan energi dengan keberlanjutan dan keamanan.

Energi nuklir diperdebatkan di Asia sebagai sumber daya baseload rendah karbon yang krusial untuk mencapai netralitas karbon, namun keputusannya harus transparan dan mempertimbangkan risiko keamanan, pengelolaan limbah, serta kerentanan kawasan terhadap bencana alam.