Meskipun sistem pendidikan tradisional di Asia dikenal sangat kompetitif, tren homeschooling semakin dipilih oleh orang tua, terutama di kalangan kelas menengah atas. Alasan utama termasuk keinginan untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan unik anak dan menghindari tekanan akademik yang intens.
Orang tua sering mencari lingkungan belajar yang lebih fleksibel, yang memungkinkan anak mengembangkan bakat di luar mata pelajaran inti. Homeschooling memungkinkan integrasi dengan kegiatan E-Learning dan Coding yang tidak tersedia di sekolah formal.
Pilihan ini juga didorong oleh meningkatnya kesadaran orang tua Asia akan pentingnya soft skills dan kreativitas, bukan hanya nilai ujian. Mereka menerapkan gaya pengasuhan yang lebih seimbang (menghindari gaya Helicopter Parenting yang berlebihan).
Meskipun homeschooling menawarkan fleksibilitas, tantangannya adalah memastikan sosialisasi anak dan memenuhi persyaratan hukum pemerintah. Komunitas homeschooling yang terorganisir memainkan peran kunci dalam mengatasi isolasi dan berbagi sumber daya.
Orang tua Asia semakin memilih homeschooling untuk menyesuaikan kurikulum, menghindari tekanan akademik, dan mengintegrasikannya dengan E-Learning. Hal ini mencerminkan fokus pada soft skills dan pengasuhan yang lebih seimbang.

