Los Angeles – Kemajuan dalam Teknologi Synthetic Media kini tidak hanya terbatas pada visual (deepfake) tetapi juga suara. Kloning Suara (Voice Cloning) menggunakan AI untuk menganalisis dan mereplikasi suara seseorang dengan akurasi yang nyaris sempurna setelah mendengar sampel singkat.
Teknologi ini memiliki aplikasi besar di sektor kreatif (misalnya, membuat voice-over multi-bahasa dengan suara asli aktor) dan aksesibilitas (misalnya, membantu individu yang kehilangan suara untuk berbicara kembali). Namun, ia juga menimbulkan tantangan etika yang mendalam terkait dengan identitas dan penipuan.
Kloning suara dapat digunakan untuk penipuan finansial (scam) yang sangat meyakinkan atau untuk penyebaran disinformasi politik yang otentik. Respons industri mencakup pengembangan standar watermarking audio untuk mengidentifikasi suara yang dihasilkan AI. Intinya, etika kloning suara berkisar pada kebutuhan untuk persetujuan yang eksplisit dan mekanisme verifikasi untuk memastikan bahwa suara sintetis tidak digunakan untuk menipu atau menyalahgunakan identitas seseorang.